Air mataku

|

16\2/2008

Air mataku menitik kala jiwa coba menarik setitik helai benang merah,,,

dari sebuah tali simpul kenyataan yang usang dan terbuang…

terpendam dalam rejam yang terbungkam,,,oh,,,

betapa indahnya menggores sisa waktu yang berkarat…

dan aku terbenam dalam kubangan pasir hidup…

zaman dan rekayasa jiwa…rotasi membunuh tradisi…

kala parody asterix dan obelix tak lagi memberi arti perlawanan…

jika aku adalah sejarah maka kalian adalah pecundang…

karena ku kreator dan kalian plagiator esensi yang kuberi lewat siratan takdir yang kulalui bersama seteguk angan dan persepsi,,,coba tunjukkan lagi apa arti dari sejuta makna…

aku bersatu dengan galaksi,,,menyaksikan pergulatan manusia yang berlomba menjadi rabi…

tinggalkan sejenak mimpi dan berpijak kembali kedasar bumi yang kasar…

sesungguhnya roh ku telah berjanji pada penguasa semesta demi kewarasan dan kepekaan jiwa untuk tetap terjaga dalam lelap dan mimpiku…

perseteruan antara naluri dan realita akan terus menjadi tanya dan mencari kesempurnaan akan arti kehidupan yang sebenarnya…

tak ada yang bisa menjanjikan benar atau salah kecuali Bintang diangkasa…

manusia pada kodratnya hanyalah setitik kecil dari bagian semesta…

pikiran membuat kita lebih berharga,,,

tapi bukankah lebih baik jika kita terus berkaca pada alam raya,,,

kesombonganku adalah kepekaanku terhadap dunia,,,

pengaruh yang menjejali otakku agar bernalar dan membuat ragaku lebih dari sekedar hidup,,

tapi juga sadar pada tanggung jawab menuju tahap pencarian jati diri yang sebenarnya telah menjadi sahabat,,,selepas malam ini mungkin akan banyak lagi yang terjadi dalam setiap nafas…

derap langkah terus menyusuri trotoar bersama kawan lama yang sama-sama mencintai militansi pelita harapan dan obor peperangan terhapus dengan cinta yang kami miliki…

ketulusan mengajarkan banyak hal kepada kita untuk memandang sesuatu dari segala sisi…

tak ada yang lebih suci dari pikiran yang benar-benar jernih layaknya tetesan pertama dari mata air…

tak ada yang lebih tulus dari setetes embun dipagi hari,,

walau sekejap namun hasratnya telah memberikan kesejukan bagi jiwa-jiwa yang rindu akan nyanyian alam yang murni,,,tak lagi hijau…

hanya beton-beton dan tiang pancang yang kini bersemi dan mencakar langit-langit,,,kuda-kuda besi berlari dan terus berpacu di arena tanpa konvensi yang pasti,,,

kesejukan yang dihadirkan oleh emisi mempercantik nusantara dengan nuansa kepengapan yang luar biasa,,,tradisi semakin teriris menjadi bentuk-bentuk baru,,,

pandangan maju telah menelanjangi budaya dan jati diri bangsa yang semakin bias,,,

budaya instant menancapkan taring dan menyebar bisanya melalui hiburan dan pembodohan dalam media…

betapa nikmatnya santapan yang melebihi porsi ketika sebagian dari kita memeras darahnya untuk menjadi nasi dan seteguk sirup…

pada saatnya nanti tak akan ada lagi yang mampu berharap pada apapun ketika kita semua saling memburu dan saling menerkam,,,maka bunuhlah harimau yang ada dalam setiap diri kita,,,

matikanlah buaya dan bunglon yang bersemayam dalam wajah dan jiwa kita…

tikamlah setiap mereka yang hanya berorientasi pada kepuasannya,,

karena sesungguhnya kita hidup berdampingan dan harus saling menjaga…

apakah anak cucuku akan menikmati hijau taman dan warna-warni bunga kala bersemi??

atau mereka hanya akan menikmati jendela dunia dan pohon-pohon beton???

aku mencoba melepas stigma apatis dalam diri,,,

tapi percuma pula aku peduli jika kau,,kalian,,dan mereka masih tidak peduli…

semestinya aku,kau,,kalian dan mereka menjadi satu membangun dunia untuk masa depan yang lebih bercahaya dan lebih hijau…

pandanganku mungkin masih terlalu sempit,,,namun inilah apa adanya…

kotak memoryku masih akan tetap menyimpan dengan rapat setiap apa yang telah kualami dan kujalani…

semoga pada saatnya nanti kita akan bernyanyi bersama di alam yang abadi…

0 komentar: