Intermezzo

|
Masih mencoba jejaki bumi yang kian sesak.

Kemarin saya terjebak dalam dilemma tentang sebuah konsep yang sungguh merupakan misteri yang tetap asing dan sulit untuk ditebak kemana akan mengalir.

Ya, hanya menikmati sisa kehidupan yang tinggal menunggu akhir diujung perjalanan.

dua minggu terakhir ini ada segumpal darah yang menyeruak dari dalam kerongkongan saya, entah apa itu, yang pasti mungkin bukanlah sesuatu yang biasa.

tapi biarlah, biar semua binasa mungkin bersama jiwa yang semakin letih mencari persinggahan setelah menyusuri trotoar yang penuh dengan debu aspal dan materi.

Sekedar mengingat malam-malam yang penuh cahaya dan gemerlap kota tanpa jera.

Untuk semua yang terjebak dalam penjara pikiran...

Sungguh benar saya senang sekali menjadi orang Indonesia,,,

|

Detik demi detik berdetak entah semakin cepat atau melambat…


pastinya hidup (secara sempit ya!!!) merupakan “suatu” masalah besar…

kenapa saya mengatakan “suatu” dan Bukan “sebuah”,,,

karena suatu Menurut saya adalah hal yang masih sulit untuk ditebak kemana arusnya…

seperti saya yang suatu waktu bisa menjadi aku,kamu,kau,,kami,kalian atau bahkan menjadi mereka yang juga saya ini bagain dari sebuah “massa”…

diotak ini banyak pula hal yang secara “massal” menjelali otak seperti orang yang antri minyak tanah ditengah kelangkaan akibat konversi ke bahan bakar gas…

bentuk kepala saya sebenarnya cukup kecil kalau dilihat dari badan saya yang cukup menjulang ke langit,,,

ya silahkan saja tertawa atau mencibir,,,

kira-kira mungkin mulai dari enam atau tujuh tahun kebelakang saya sering mendengar orang banyak berkata tentang saya saya mereka ada dibelakang saya atau ketika saya baru melewati mereka…

manusia sungguh sangat perhatian dalam kehidupan social pada manusia lainnya…

“busyet, tinggi banget nih orang”,,”masya’allah,, tinggi banget mas!!”

saya sih ga terlalu perduli…

nah pusingnya lagi saya ini termasuk temperampental dan suka moody kalo anak gaul sekarang bilang…

yang whatever people say lah,,,

heran juga sewaktu nonton Televisi,,,banyak acara plagiat yang muncul satu persatu…

media sekarang seperti hama

,,,mati satu tumbuh seribu,,,

alangkah baiknya kalau pemerintah menerapkan hal yang sama,,,

rakyat lapar mati satu tumbuh seribu…

aparat korup satu korup seribu,,,

diare muncul satu tumbuh seribu…

busung satu busung seribu…

ujung-ujungnya nanti ada satu nyawa harganya cuma seribu…

merdeka atau mati semestinya bisa gaung lagi suaranya zaman sekarang…

merdeka dari pemerintah???apa mungkin??

Kan presiden kita yang pilih,,,itu juga kalau pembaca Bukan golput…

Apa rela “dijajah” pemerintah??

Kalau rela, nanti banyak lagi yang mampus karena busung lapar,,diare dan rawan pangan,,

Kalau benar sudah merdeka buat apa lagi ngantri minyak tanah??/

Rakyat kecil saja masih miris,,,kasarnya boro-boro mau mikirin pilkada,pilgub,pilpres,,,wong perut sekarang aja ga ada jaminan dari pemerintah…

Zaman edan,,,Negeri edan,,,rakyat edan,,,saya juga jadi edan…

Siapa yang waras??

Lagi-lagi merdeka atau mati…

Sedikit revolusi mungkin perlu untuk negeri ini ya…

Mulai saja dari diri masing-masing,,,

lalu mulai dari keluarga,,,rt,,rw,,camat,,lurah,,kabupaten,,kota,,provinsi,,Negara…

cape



deh
!!! Prosesnya lama juga ya…

reformasi ujung-ujungnya bikin pusing juga

kan
,,,

banyak demo ga ada solusi,,,

Demokrasi cuma jadi tameng dibalik salam tempel para penikmat budaya instant…

Fiuuuh,,,,

Sungguh benar saya senang sekali menjadi orang Indonesia,,,

Banyak kekonyolan yang selalu muncul,,,itupun dalam interpretasi saya sendiri…

Ya mau apa lagi,,,wong semua juga udah edan…

Tanpa titik

|


Hari berakhir tanpa titik,, masih menyisakan banyak cerita untuk didengar dan dilihat…

hanya saja saat mata terpejam,,dunia menjadi lebih luas untuk dinikmati…

sedikit jernihkan pikiran dari ragu,,, mencoba menjadi lebih pasti sebelum mati…

memenggal distorsi realitas dalam secuil sajak kehidupan…

belajar dari kehidupan nyalakan pijar warna yang redup…

dengan senyawa cinta dan kedamaian yang tetap masih terlihat utopis…

belum terkikis bersama kesombongan dan persetan cannabismu…

kau katakan persetan pada diriku…

kawaan,,,biarkan jalan yang tentukan siapa yang akan meneguk manisnya seisi cawan…

Klak,,Klik...Benar atau Salah = ?

|

Menghela nafas setelah kuhirup udara sedalam paru-paruku menampung…

jantungku masih saja berdetak tidak karuan,
menanti tarian jemari sang asmara menjentikan mimpi dan sadarkan kalau ini tidak nyata…

bodohnya,,,masih saja diam dan enggan berlari mengejar pucuk mawar yang menanti dalam gerbong tua…

menepikan jiwa pada sisi jalan yang belum juga usai kususuri…
menanamkan janji hingga jemariku tak lagi dapat menghitung,,,

puluhan janji yang tertanam membuat pikiranku terlalu rimbun dan entah kenapa juga bisa terlihat seperti si bodoh yang bingung memilih benar atau salah…

lalu aku teringat akan sepenggal suara nyanyian lama “perjalanan ini trasa sangat menyedihkan, sayang engkau tak duduk disampingku kawan”…

masih ada bangku kosong yang kuharap terisi sebelum aku mulai kembali tak terkendali…
tak terkenali oleh kalian dan mereka yang entah siapa selalu saja menilai dari otak yang kumuh… satu persatu setiap bagian dalam hidup kini semakin asing,,,

ya ,, mungkin aku terasing karena sikapku sendiri,,,

skeptis,,,

membunuh pertanyaan,tapi aku menjauhi sikap sinis,,,
sedikit sarkasme hanya sebagai penyedap bila otak kawanku itu mulai bebal atas kebenarannya sendiri…

stop,,,

mari kita kembali lagi pada konteks yang masih terbuka untuk apapun dan siapapun untuk membantah dan setuju…
lirikal yang tertulis tanpa arah ini adalah sebuah pilihan yang kubuat…
apa yang kulakukan hari ini adalah dari pilihan yang aku buat…

untaian alphabet a-z ini adalah teman setiaku yang selalu menjadi komposisi setaraf dengan harmoni dalam pikiran ku…
kembali pada sepenggal suara nyanyian lama tadi “perjalanan ini trasa sangat menyedihkan, sayang engkau tak duduk disampingku kawan”…

tak peduli kawan atau lawan,,toh semua kita ini sama pada hakikatnya manusia yang hidup dalam lumpur dosa atau hidup dalam kemewahan meneguk piala berisi air suci dari surga…

mengepal jemari untuk meluluhlantahkan istana yang terbangun sekian lama dengan tekun, keringat dan darah,,,peluh dan tangis,,,hampa dan iba…
sekejap saja hancur oleh ego kaum yang merasa benar…
yakin pada yang kubaca tentu terlalu naïf,,, yakin pada yang kulihat tapi ternyata hanya sekilas,,,
toh biasanya yang menang itu benar dan yang kalah itu salah…

nah sekarang kita putar balikkan,,kalian yang memilih ini benar atau salah…

karena hidup dan perjuangan itu bukan kerja bakti bung !!! …

apakah setuju kalau yang kalah belum tentu salah,,,
apakah setuju kalau yang menang belum tentu benar…
sebenarnya saya ini berusaha menjauhi agama dari konteks ini,karena rasanya saya yang “aku” ini tidak begitu paham,,
hanya saja saya lebih suka berfilsafat tentang hal yang mungkin menjadi kemakluman bagi sebagian orang…

oke,,,

masalahnya disini adalah benar atau salah itu relative,,,
tapi kita juga harus memiliki sebuah patokan yang tidak mudah dicabut…
tapi Bukan berarti pembenaran kita adalah kebenaran yang hakiki,,,

sekarang kembali menjadi bingung,,,

antara keberanian dan kebodohan itu beda tipis Bukan??

Saya tidak pernah setuju jika kekerasan dibalas dengan kekerasan,,,

Tapi ada teman saya yang bilang jika kekerasan kadang merupakan jalan terbaik ketika semua kemungkinan variasi diplomasi secara damai telah habis…
Tanpa merujuk pada kaum tertentu,,,saya hanya menunjukkan inilah kita,,manusia yang sesungguhnya…
Yang terkadang hidup diatas penderitaan orang lain…
Jangan katakan kalau aku ini orang pesimis,,, Saya hanya netral saja,,,tapi Bukan berarti tidak punya sikap…

Hanya saja saya ini pengecualian dari benar atau salah,,,
kalah atau menang tanpa mempertentangkan setan dan malaikat,,,
tapi saya Bukan tuhan…

Terpenjara Zaman

|


Banyak dari kita yang terpenjara oleh jaman,,

kemajuan yang diutamakan adalah persamaan ideal dari persepsi atas suatu hal…

tidak ada yang mau ketinggalan sedikit saja tentang informasi yang menggerayangi akal sehat dengan kamuflase para kaum munafik yang bersembunyi balik layar kaca…

betapa naïf diri ini merindukan kemerdekaan atas jiwaku sendiri,,,

ketika aku dan mungkin juga kita terjebak dalam dilemma antara kesempatan dan dorongan atas materi duniawi…

aku tak perlukan doktrin dari manapun,,,Bukan seperti rekayasa anal alien oleh para skizofrenia…

saat kita merasa waras bisa jadi sebenarnya kita gila dan menjadi tidak nyata…

mengapa??karena perlu juga kita ketahui bahwasanya manusia tidak ada yang sempurna…

tapi sebelum kita mempertentangkan antara hitam dan putih,,atas dan bawah,,,kepala dan kaki,,,

sudah selayaknya kita harus mempunyai suatu keyakinan kuat terhadap hal yang akan benar-benar kita percaya…

sisifus mungkin memang yakin membawa batu keatas bukit,,,

namun kemudian batu itu menggelinding kembali kelembah…

lalu bagaimana kita mengakhiri hidup dan ujung nalar dengan filsafat murni dari dalam diri…

bagaimana kita bisa berakhir tanpa topeng dan mengakhiri hidup tanpa sia-sia…

temukan jalan kita masing-masing,,,

ya sebuah titik keruh diotakku mendominasi diri ini seperti pion dalam drama permainan monopoli…

aku mencoba melepaskan nalar dari religi karena pasti jika tercampur aku kelak akan hancur…

apakah baik menjadi pasif???

Tidak. Kelopak matahati dalam jiwaku masih enggan tertidur,,,

aku amat menikmati setiap jengkal dan setiap langkah kaki menapaki indahnya dunia…

Menikmati aurora dari dalam mimpi,,,mengecap keadilan sebagai suatu yang absurd,,,

Hukum yang serba abu-abu,,,kehancuran yang berwarna hitam…dan perjuangan yang berwarna merah…

Lalu warna apa lagi yang akan kita berikan pada arti hidup sepenuhnya???

Aku hanya di pejalan kaki yang masih menapaki jalur hampa,,,

mengisi kekosongan dengan riuh dalam kepala yang kelak mengajari aku menjadi seperti ini…

Aku adalah bayanganku,,,dan bayanganku adalah milikku,,,

Tak akan ada yang bisa membunuh sebuah kesesatan tanpa control ini,,,

Kesesatan yang kuanggap benar,,,benar yang kuanggap sesat dan salah yang kuanggap nyata…

Realitas yang selalu terhempas,,,rata dengan tanah,,,menjadi api arogansi manusia yang bersembunyi balik kesucian dan atas nama kebenarannya sendiri…

Aku tak ingin menyulut api,,,tapi tidak juga aku mau padamkan api yang membara…

Selalu ada kambing hitam yang terseret dan ini sangat mudah diprediksi,,,

Realitas adalah gerilyawan yang baru bisa tertawa setelah akhir cerita berujung dengan tersungkurnya si setan yang menurutnya patut dibasmi…

Realitas hanya menjadi pembenaran atas suatu kaum yang tidak akan berujung pangkal dengan masalah yang usai…

Konflik adalah pasti,,,seperti manusia yang pasti akan mati…

Mencoba membebaskan jiwa dan pikiran

|


Aku lelah dengan pola yang ada dalam perkotaan,,,

dialektika menjadi parody dan wacana yang tak pasti kala sebagian dari kami menatap dunia dengan sebelah mata…

menari dengan tawa palsu dan kehampaan yang sebenarnya merajai dunia…

kita semua,,ya,,mungkin semua terjebak dalam hidup yang rumit…

masalah sebenarnya hanyalah seperti gumpalan buih sabun yang hanya muncul sekejap lalu pergi…

perjalanan kini semakin panas,dan aku si pejalan kaki merasakan lagi ampas neraka di trotoar dan sudut sempit kota yang kumuh…

menemukan diri terjebak dalam kubangan pasir hidup zaman dan menanti dunia untuk berubah…

haha,,betapa naifnya diriku ini…

tentu saja kita terus akan menikmati tekanan hidup yang semakin ganas,,,

bagai tumor yang menggerogoti jiwa-jiwa yang rentan dalam emosinya sendiri…

berharap untuk hidup bebas,,tapi ternyata malah mengecap manis pahitnya derita saat berjuang…

ada baiknya jika dalam hidup kita melihat sesuatu dari segala sisi,,sebelum meyakini apa yang akan kita percaya…

bahkan kalimat ini mungkin hanya teori dari sebuah alam yang tak pasti…

yang kutahu,,hidup Bukan hanya untuk sekedar bernafas…

indah alunan musik menemani gemerlap mendung sore ini…

menyematkan pikiranku sejenak dan mengirup nafas segar disertai pantulan diri dalam kamar…

bayangan yang setia menemaniku membuat diri ini percaya setiap manusia pasti memiliki sisi lain…

coba kau katakan padaku bagaimana cara menilai benar atau salah,,,

karena tidak ada benar atau salah,,,

yang ada hanya realita…


maka bisa kukatakan tak ada seorang manusia pun yang bisa menjadi sempurna dan realistis,, jika kalian tidak bisa menerima kontroversi dan persilangan perbedaan yang ada…

otakku lebih rumit dari rumus-rumus matematika,,,

mencoba membebaskan jiwa dan pikiran agar lebih jernih,,,

sebuah paradigma absurd yang kuhasilkan dari berpikir yang tanpa arah namun selalu mengarah pada suatu ujung pangkal suatu masalah,,,

terkadang aku bisa menjadi seorang anti social dan terkadang aku menikmati kehidupan dalam masyarakat…

jiwa ini bagai dua sisi mata uang dalam sebuah koin,,, atau bisa juga dikatakan bagai pedang,,,di satu sisi jiwaku menjadi tajam,,,

di sisi lain jiwaku menjadi pegangan bagi sang pencipta…
mengokang amarahku menjadi buih pikiran yang kelak akan hilang saat sukmaku terbang menikmati arti kebebasan yang sebenarnya…

tak perlu plato atau siapapun untuk mendoktrin otak ini,,,

karena hanya ada diri ini yang menari dalam setiap angan dan pikiran…

maka biarkan aku menyelami filosofi liar yang terlahir dari akar pikiranku sendiri…

Secerah Senja

|


Sore itu langit begitu cerah, senja di utara sama cantiknya dengan mimpi yang tersematkan…

Anak kecil berlari kecil dipinggir lapangan…

Tak lama langkahnya terhenti setelah sebuah sandungan menjatuhkan tubuhnya kebumi…

Kemudian entah dari mana asalnya,,

Seorang wanita datang menolong dan membersihkan luka pada anak tersebut…

Dia berkata “jangan menangis adik kecil,,,kamu harus kuat dan ga boleh cengeng”…

Pemandangan yang setiap hari kusaksikan,,,

Senja yang terus hadir dalam hariku mulai menjadi malam yang cantik bertabur Bintang…

Sajak dan prosaku terus bernyanyi dalam pikiran,,,

Bisikan jemariku untuk terus mengukir alasan yang angan ku ciptakan….

Jalanan begitu luas dan panjang,,,udara dingin menggigit lapisan terluar dari diriku…

Dunia ini begitu indah,,,segala kesederhanaan dan kemegahan menjadi kombinasi kehidupan yang sempurna…

Paras cantik, tampan dan munafik yang bersahabat…

|


Masih saja banyak yang menjadikan tongkrongan sebagai wadah untuk tertawa…

sebut di bagian bumi yang mana yang ada banyak tawa tanpa kesenjangan multidimensi di setiap sisi…

aku memulai ulah dari diri sendiri…

timbul beberapa kebencian (atau tepatnya keraguan) terhadap pengaruh media,,

segala media, televisi, internet dan keluarga (kalau bisa disebut sebagai media)…

banyak dampak negative yang dapat dinikmati dalam setiap tayangan kiminal dan pemberitaan di televisi,,,

betapa indah warna merahnya darah,,,

betapa wajarnya pemukulan secara masal terhadap satu kepala…

betapa biasanya kerusuhan menjadi santapan pagi…

terbunuh satu supporter,,,

babak belur seorang copet dikereta,,,

banjir dijakarta,,,

sampah di

bandung

kolam Lumpur di porong,,,

betapa indahnya negeri kita ini…

membantai hutan demi menarik untung pada kantong yang tebal…

aku ragu media memberi solusi,,,

aku juga ragu kalau hidup ini indah…

dalam kode etik atau segi estetika yang mana kita menyebutkan segala hal diatas itu indah???

Yah,,dalam sisi lain selalu ada realitas yang terlihat memang indah dan nyata (bagi sebagian orang)…

Megahnya mal-mal dan Pusat perbelanjaan,,,

Indahnya pagar-pagar beton dan paku bumi,,,

Betapa menawannya langit bersanding gedung pencakar…

Betapa moleknya cahaya dalam club dan betapa nikmatnya seteguk alcohol…

Sungguh luar biasa teknologi membawa kita membuka mata…

Jendela dunia yang juga membawa masuk input negative dalam perspektifku…

Entah apa yang sedang aku kritisi,,,

Aku hanya orang yang bingung dalam dunia yang serba “wah” ini…

Paras cantik, tampan dan munafik yang bersahabat…

Tak perlu mengumbar kata lebih banyak lagi,,,takut-takut nanti tulisan ini di salah artikan…

Air mataku

|

16\2/2008

Air mataku menitik kala jiwa coba menarik setitik helai benang merah,,,

dari sebuah tali simpul kenyataan yang usang dan terbuang…

terpendam dalam rejam yang terbungkam,,,oh,,,

betapa indahnya menggores sisa waktu yang berkarat…

dan aku terbenam dalam kubangan pasir hidup…

zaman dan rekayasa jiwa…rotasi membunuh tradisi…

kala parody asterix dan obelix tak lagi memberi arti perlawanan…

jika aku adalah sejarah maka kalian adalah pecundang…

karena ku kreator dan kalian plagiator esensi yang kuberi lewat siratan takdir yang kulalui bersama seteguk angan dan persepsi,,,coba tunjukkan lagi apa arti dari sejuta makna…

aku bersatu dengan galaksi,,,menyaksikan pergulatan manusia yang berlomba menjadi rabi…

tinggalkan sejenak mimpi dan berpijak kembali kedasar bumi yang kasar…

sesungguhnya roh ku telah berjanji pada penguasa semesta demi kewarasan dan kepekaan jiwa untuk tetap terjaga dalam lelap dan mimpiku…

perseteruan antara naluri dan realita akan terus menjadi tanya dan mencari kesempurnaan akan arti kehidupan yang sebenarnya…

tak ada yang bisa menjanjikan benar atau salah kecuali Bintang diangkasa…

manusia pada kodratnya hanyalah setitik kecil dari bagian semesta…

pikiran membuat kita lebih berharga,,,

tapi bukankah lebih baik jika kita terus berkaca pada alam raya,,,

kesombonganku adalah kepekaanku terhadap dunia,,,

pengaruh yang menjejali otakku agar bernalar dan membuat ragaku lebih dari sekedar hidup,,

tapi juga sadar pada tanggung jawab menuju tahap pencarian jati diri yang sebenarnya telah menjadi sahabat,,,selepas malam ini mungkin akan banyak lagi yang terjadi dalam setiap nafas…

derap langkah terus menyusuri trotoar bersama kawan lama yang sama-sama mencintai militansi pelita harapan dan obor peperangan terhapus dengan cinta yang kami miliki…

ketulusan mengajarkan banyak hal kepada kita untuk memandang sesuatu dari segala sisi…

tak ada yang lebih suci dari pikiran yang benar-benar jernih layaknya tetesan pertama dari mata air…

tak ada yang lebih tulus dari setetes embun dipagi hari,,

walau sekejap namun hasratnya telah memberikan kesejukan bagi jiwa-jiwa yang rindu akan nyanyian alam yang murni,,,tak lagi hijau…

hanya beton-beton dan tiang pancang yang kini bersemi dan mencakar langit-langit,,,kuda-kuda besi berlari dan terus berpacu di arena tanpa konvensi yang pasti,,,

kesejukan yang dihadirkan oleh emisi mempercantik nusantara dengan nuansa kepengapan yang luar biasa,,,tradisi semakin teriris menjadi bentuk-bentuk baru,,,

pandangan maju telah menelanjangi budaya dan jati diri bangsa yang semakin bias,,,

budaya instant menancapkan taring dan menyebar bisanya melalui hiburan dan pembodohan dalam media…

betapa nikmatnya santapan yang melebihi porsi ketika sebagian dari kita memeras darahnya untuk menjadi nasi dan seteguk sirup…

pada saatnya nanti tak akan ada lagi yang mampu berharap pada apapun ketika kita semua saling memburu dan saling menerkam,,,maka bunuhlah harimau yang ada dalam setiap diri kita,,,

matikanlah buaya dan bunglon yang bersemayam dalam wajah dan jiwa kita…

tikamlah setiap mereka yang hanya berorientasi pada kepuasannya,,

karena sesungguhnya kita hidup berdampingan dan harus saling menjaga…

apakah anak cucuku akan menikmati hijau taman dan warna-warni bunga kala bersemi??

atau mereka hanya akan menikmati jendela dunia dan pohon-pohon beton???

aku mencoba melepas stigma apatis dalam diri,,,

tapi percuma pula aku peduli jika kau,,kalian,,dan mereka masih tidak peduli…

semestinya aku,kau,,kalian dan mereka menjadi satu membangun dunia untuk masa depan yang lebih bercahaya dan lebih hijau…

pandanganku mungkin masih terlalu sempit,,,namun inilah apa adanya…

kotak memoryku masih akan tetap menyimpan dengan rapat setiap apa yang telah kualami dan kujalani…

semoga pada saatnya nanti kita akan bernyanyi bersama di alam yang abadi…

Sedikit Telisik

|

Aturan yang takkan kau temukan,,,

coba kau berhenti berpijar dan menyelam kedasar perut bumi yang kasar…

menyusuri gerilya kaum yang hanya bisa bersembunyi…

namun saat kami tampakkan diri,,tak ada yang mampu untuk pahami dalam esensi…

aku tak ingin membuat dunia menjadi serupa,,,menyanyikan kisah yang sama…

ya walau memang kita bernafas di ruang yang sama…

tetap saja kau adalah dirimu yang bertingkah laku dan terikat pada budaya yang kau gunakan…

membangun bersama kepercayaan,,, akan kah keniscayaan menjadi cahaya…

atau biarlah lidahmu menjadi palu untuk jiwaku…

dan biarlah kebahagiaan menangis bersama bocah yang kelaparan…

biarlah kehampaan menghampiri mereka yang terlena dalam dunia…

aku rela berdoa agar kecewa menghampiri relung kalbu mereka yang tak peduli lagi…

kita harus berpikir lebih cepat dari gelombang pasang…

lebih maju dari mereka yang masih bermain siku…

tak perlu uang jika kau hanya ingin bertanya…

tak perlu uang jika kau hanya ingin terlepas,,,

tak perlu uang jika kau hanya ingin terkenal…

tak perlu uang jika kau hanya menjadi sampah…

tak perlu uang jika kau hanya melihat dan terdiam saat terbujur kaku dalam satu Posisi mati…

semua hanya bentukan realitas yang kaku,,,

kau dan mungkin juga aku memang primitif, dan silakan kau buang percuma hidup yang hanya sekali…

aku tak mencari lebih banyak bentuk,,,tapi aku mencari lebaih banyak arti dan paham akan esensi…

arti dari abstraksi yang hancur ditengah kreasi,,,

dengan sebuah pola sederhana dan mimpi yang muluk,,,

berjanji akan memegang teguh janji dari hati,,,

janji yang kuanggap mutlak sebagai bahasa yang sempurna,,,

ungkapan yang sangat mengikat dan sumber dari arti hidup sebenarnya…