Berkelindan Ruam

|
Rabu, 30 Desember 2009.
(02.30 - 03.21)


Sebenarnya saya bukan pemuja waktu. Waktu dalam pengertian detik, menit, jam, hari, bulan, tahun. Lupakan tentang itu. Waktu adalah waktu. Dia bukanlah apa-apa. Waktu saat ini adalah simbol dari entitas hedonis, euphoria, dan candu dynosian yang terjebak dalam hegemoni momentum yang terasa demikian dahsyat.

Namun. Seperti sering saya sebutkan kalau saya hanya percaya pada adanya siang dan malam. Udara merayap dalam paru-paru memompa jantung memaksa otak memeras syaraf-syaraf untuk bergegas.Hari ini bukanlah hari ini. Besok bukanlah besok. Seperti hampa bukanlah kosong, tapi tiada.

Kami yang terus membakar kepalan dalam utopi dan perayaan mimpi dalam hati tetap setia mengawasi putaran laknat ini berdentum menggila.

Jika Gibran berkata: "Kemarin adalah pengalaman, hari ini adalah hadiah, dan esok adalah harapan". Setiap malam berganti siang saya serentak menyambut hadiah yang datang dengan gratis.

Nietszche berteriak, "Suaraku bukan suara untuk telinga-telinga kalian" dan "esok adalah milikku". Masa depan. Saya yang menolak keseharian masih saja mendendangkan masa depan dan masih menggantungkan harapan.

Ya Gibran mungkin benar.

Nietszche juga tepat.

Bulu kudukku berdiri sesaat setelah melihat peluh mengalir deras diantara moralitas yang bertarung dengan watak idiot sebagian manusia yang enggan mengagungkan jiwanya.
Mereka yang bersujud pada kolase logika dan penggandaan epos tua bangka dan pelacur yang damai bersemayam di tengah rayap-rayap yang ramai-ramai menyelimuti kegelisahan dan watak urakan.

Kalian para kawan yang kumuliakan seperti teriakan mimbar pasca kamis malam, kalian yang menjadikanku memiliki sepenggal makna dalam kisah cinta dan kebencian kita.
Demi hewan-hewan berpikir yang sangat rasional dalam tempurung material. Dengan segenap kelopak mata yang menganga dalam penat, energi ini aku sembahkan kepada setiap kerontokan makna dalam prasangka bisu.

Senyum apa yang telah kita lempar pada tahun ini?

Untuk apa air mata kita menetes dalam kurun interval awal dan akhir bagian sejarah peradaban ini.

Maaf, aku lupa.Kita bukan bagian dari sejarah. Kita yang terbuang dalam pengasingan. Mencoba memberi cubitan ringan dan kecup mesra pada cleopatra dan medusa.

Selamat membuat resolusi.Selamat menanti harapanmu terwujud. Hari ini adalah hadiah milik kita, raih, rebut, jamah dah perkosa hingga hasratmu terpuaskan.

Cheers untuk setiap tegukan racun tikus, dan lopatan keputusasaan sahabat kita yang telah menjadi nisan di atas kakus berkelambu menyan!

Sumbu telah terbakar. Kita saksikan nanti bagaimana kembang api itu berpijar!

0 komentar: