Bahagialah Dalam Cobaan!

|
“Jadilah kamu manusia yang pada kelahiranmu semua orang tertawa bahagia, tetapi hanya kamu sendiri yang menangis; dan pada kematianmu semua orang menangis sedih, tetapi hanya kamu sendiri yang tersenyum.” – Mahatma Gandhi


< “Lingga, ini jam berapa? Kamu begadang terus!”

> “Ya, Ma! Sebentar lagi tidur.”

Semua ini gara-gara overdosis mie instant, dokter cantik diklinik 24 jam Jalan Jendral Sudirman sudah memperingatkan saya supaya tidak lagi mengkonsumsi mie instant.

“Tapi itu penyelamat di saat malam hari dok!”

Berani-beraninya saya melawan dokter. Dan sekarang mulai lagi terasa akibatnya, perut melilit, buang air besar tidak normal. What a great experience!

Dan salah satu penyakit saya yang paling parah adalah “menulis”, saya pernah mencoba beberapa hal yang bisa membuat orang mabuk. Tapi menulis adalah sesuatu yang benar-benar memabukkan.

Ini pagi yang gila. Sangat gila.

Hmm… setelah tadi saya chatting dengan seorang teman yang meminta kepada saya untuk memberikan doa yang super tulus untuk kakaknya yang baru saja selesai di operasi karena komplikasi (yang entah komplikasi apa itu!).

Saya tersentak.

Saya ini orang yang jarang berdoa. Jarang ke tempat ibadah. Bahkan saat ibu saya tercinta bertanya: “Kamu kenapa sih ga pernah solat lagi? Padahal dulu solatnya rajin!”.
Saya Cuma tersenyum dan diam. Saya tidak menjawab, takut-takut “pembenaran” saya menyakiti hatinya, dan saya tidak setega itu.

Oke, kalau di lanjutkan akan terlihat seperti curhatan.

Ditemani dengan lagu blues dari CD bajakan milik papa saya, kamar gelap ini semakin membuat saya ingin berteriak kencang.

Manusia memang tidak akan pernah bisa jauh dari penderitaan. Tapi juga manusia tidak bisa jauh dari rasa cinta.

Tahun lalu banyak saudara saya yang meninggal. Dan teman saya juga banyak yang ditinggalkan oleh orang-orang yang sangat mereka sayangi, bahkan ada sahabat saya yang kehilangan calon bayinya karena istrinya mengalami keguguran.

Kejadian. Kematian. Sebuah titik akhir dari hidup seorang manusia. Tapi merupakan sebuah awal dari perbaharuan hidup bagi orang yang ditinggalkan. Mereka harus mulai membiasakan diri untuk memulai lembar hidup baru tanpa orang yang berarti dalam hidupnya.

Saya belum pernah merasakan sedekat itu dengan kematian. Sekalipun saya pernah stress berat saat papa saya terkapar hampir selama 2 minggu akibat stroke ringan yang sedikit merusak penglihatannya sampai saat ini.

Saya belum pernah sedekat itu dengan kematian.

Sekali waktu saya datang ke tahlilan meninggalnya Ibunda dari sahabat saya. Teman adalah orang yang sangat ceria. Bahkan saat saya datang, dia menyambut saya dengan senyuman. Saya tidak tahu apa yang dia rasakan sesungguhnya, tapi saya senang sahabat saya itu tetap memiliki keceriaan dan “kepolosannya” haha.

Saya menulis ini bukan tentang saya. Tapi tentang semua orang terdekat saya yang sedang mengalami dahsyatnya gelombang cobaan.

Dan tulisan ini juga bukan untuk membuat mereka jauh lebih sedih dari saat ini. Tulisan ini justru ingin membuat mereka tersenyum. Bahwa manusia tidak sendirian dalam menghadapi cobaan. Kita masih punya teman, saudara, keluarga, kekasih dan lainnya untuk berbagi cerita.

Tulisan ini hanya kegiatan saya “pengantar sebelum tidur”.

Ya. Saya belum pernah berada sedekat itu dengan kematian.
Entah apa yang sedang saya pikirkan saat ini. Dengan segala ketakutan saya membuat tulisan ini. Takut-takut besok ada anggota keluarga saya yang meninggal.
Tapi entahlah. Kan kamu tahu sendiri kalau ketakutan itu justru bisa merangsang keberanian kamu yang terpendam.

Kata orang bijak, Saat seorang manusia telah melewati satu cobaan dalam hidupnya, dia telah berada dalam satu level yang lebih tinggi.
Ya, level kehidupan yang lebih tinggi. Dari penderitaam, kematian dan rasa kehilangan, kita justru seharusnya bisa lebih menghargai kehidupan yang masih kita miliki saat ini.

Saya yang belum pernah sedekat itu dengan kehilangan yang membuat rasa sedih tereksploitasi berani berkata, “Tetap jaga senyummu kawan!”.

Tidak ada yang jahat. Jangan juga kamu menyalahkan Tuhan. Ini dunia kita, ini hidup kita, jangan salahkan siapapun. Dan jangan pula menyalahkan dirimu sendiri saat kamu kehilangan sesuatu.

Saya teringat satu kalimat seorang penulis Bali, "Sebelum terlahir kita sudah di vonis untuk mati. Hanya masalah kapan dan dimana?"

Keep your head up!

Live life. Love life!

Saya memberanikan diri untuk posting note ini dengan rasa bersalah dan pertimbangan yang tidak mudah!!!

0 komentar: