Cause I've Forgotten All Of Young Love's Joy

|
Cupid Is Dead



Kamis, 21 Januari 2010
03.59 - 04.50

Silahkan saja nyanyikan lagu cinta, lagu putus cinta, lagu jatuh cinta, lagu kebencian, lagu kekecewaan, lagu harapan dan lagu-lagu yang menurut kamu paling mematikan perihal cinta. Saya tidak akan terpengaruh.

Karena rasanya saya sudah mati rasa. Ini nafas seakan tidak berguna. Bukan tidak berguna dalam arti “tidak berguna” menurut kamu loh!

Saya menciptakan ruang kosong yang terbuka begitu luas dan lebarnya sampai-sampai saya kewalahan untuk mengisinya. Saya bingung. Apa yang harus saya bawa kedalam sana untuk kembali menghiasnya hingga bisa kembali terang benderang.

Hmm… saya sedang melukis saat itu. Saya melukis tentang sesuatu.

Suatu keindahan yang tidak pernah dapat kamu bayangkan kecuali saya jabarkan sejernih mungkin pada otakmu yang agak-agak terbelakang. Keindahan itu sungguh mempesona, sampai-sampai diri ini enggan berpaling barang sekejap saja.

Bahkan, lembar-lembar kertas yang mengandung kalimat-kalimat indah Kahlil Gibran pun seakan terbakar. Terlupa. Muak!

Saat saya sedang nikmat melukis. Ada yang mencuri tinta terakhir untuk warna terakhir yang akan saya goreskan. Kemurnian dari keindahan itu memudar perlahan.

Saya tinggalkan lukisan itu di ruang tanpa gembok dan kunci. Dengan frame terbuat dari besi yang makin lama kian berkarat. Dengan kanvas yang terbuat dari untaian sutra dan tembaga. Dengan kuas yang tercipta dari rambut halus Unicorn. Dengan cat yang terbuat dari air mata Leviathan. Dengan penglihatan yang lebih tajam dari Sauron. Dan dengan kepekaan nurani yang melebihi kearifan semua Agama.

Lukisan itu seakan tak pernah ada. Lukisan itu hanya sekedar gambar kartun sekelas Chibi Maruko Chan dan sekasar lukisan Sinchan yang paling halus.

Kamu tahu kisah cinta Caligula? Apa kamu tahu kisah mematikan Romeo dan Juliet?
Dulu aku adalah Romeo.
Tapi sekarang? Aku jauh lebih mirip Caligula.

Tapi aku bukan penggila Kamasutra. Saya lah yang sebenarnya menguasai jiwa ini dengan dominan, dan memilih menjerat Persephone hingga Demeter marah pada bumi.

Elok wajah dalam lukisan itu sungguh lebih mematikan dari tatapan Monalisa. Lebih bernuansa neraka ketimbang “Inferno” Dante sang Maestro.

Lidahku berbisik lebih memuakkan ketimbang suara ketukan palu di pengadilan.

Apa kamu tahu maksud semua ini?

Aku hanyalah jiwa yang tersesat dalam galaksi.
Jiwa yang mencari jalan kembali.
Mencari kembaran yang tak pernah terlahir.
Mencari separuh jiwa yang lenyap dalam setiap mimpi basah.
Mencari kenyataan jauh melebihi onani.

Ya. Sumpah mati saya lupa.

Seribu Cupid pun tidak akan mampu mengembalikan ingatan saya. Bahkan jutaan Cupid akan melepaskan sayapnya. Kemudian menancapkan sayap patahnya itu di pundakku. Jika aku adalah cinta, ya dewa cinta. Aku adalah cinta?

Tidak. Tapi kalian lah yang layak disebut cinta. Aku hanya anak nakal yang harus dihukum karena enggan membaca ayat-ayat suci. Aku hanya anak terlantar yang enggan membuka diri.

Cinta bukanlah apa yang kamu pikirkan ataupun yang kamu pikirkan. Cinta adalah apa yang kamu perbuat. Jika memang aku harus menjadi Cupid. Maka jadilah aku Cupid.

Siapa yang ingin menjadi korban panahku yang pertama? Korban panah dari si amatir. Hingga nanti kamu lupa baik-buruk, tampan-jelek, cantik-ganteng, dan jelita-korengan.

Ya. Saya kehilangan semua. Saya lupa semua rasa. Yang ada hanya pungguk yang merindukan bulan. Seperti air yang kehausan, seperti api yang kepanasan, seperti angin yang kedinginan, seperti cahaya yang kesilauan.

I really screwed up this time hahaha… Bitch ass muthefucker!!!

0 komentar: